Sejarah Aturan U-23 Pada Olimpiade Sepak Bola
Sejarah Aturan Olimpiade 2024 sudah berlangsung sejak 26 Juli lalu. Perwakilan masing-masing cabang olahraga dikirim dari berbagai negara untuk bersaing menjadi yang terbaik. Salah satu cabang olahraga yang menarik perhatian adalah sepak bola.
Apalagi dengan adanya peraturan bahwa hanya pemain sepak bola di bawah usia 23 tahun yang di perbolehkan bermain. Dalam satu kesebelasan, olimpiade ini hanya membolehkan sebuah tim untuk mendaftarkan tiga nama pemain yang berusia di atas 23 tahun.
Mengapa bisa seperti itu ya? Ternyata aturan ini punya sejarahnya tersendiri, lho! Simak sejarah peraturan U-23 pada cabang olahraga sepak bola di Olimpiade berikut ini!
Prancis Sebagai Negara Pertama Tempat Olimpiade di Selenggarakan
Olimpiade pertama kali di adakan pada tahun 1900. Prancis adalah negara yang menjadi saksi bagaimana ajang 4 tahunan tersebut berlangsung untuk yang pertama kalinya. Inggris menjadi negara pertama yang meraih medali emas dalam cabang sepak bola pada saat itu IDCJOKER .
Di tahun itu hanya ada tiga negara yang menjadi peserta Olimpiade yaitu Inggris, Prancis, dan Belgia. Akan tetap setiap wakil negara hanya di perbolehkan menurunkan pemain amatir yang sama sekali tidak profesional di bidangnya.
Pemain Profesional Diizinkan Tampil Pada Olimpiade 1984
Komite Olimpiade Internasional (IOC) memperbolehkan pemain profesional berpartisipasi dalam Olimpiade untuk pertama kalinya di tahun 1984. Namun, hanya pemain yang belum pernah bermain di Piala Dunia FIFA yang boleh berpartisipasi.
Peraturan ini hanya berlaku untuk negara-negara di bawah naungan konfederasi UEFA dan CONMEBOL. Akan tetapi FIFA tetap bersikeras bahwa Piala Dunia harus lebih penting daripada Olimpiade. Hal ini sempat menjadi perdebatan saat itu, dan banyak pemain yang pernah bermain Piala Dunia merasa keberatan karena mereka jadi terhalang untuk unjuk diri di Olimpiade.
Olimpiade 1992 Menjadi Pertama Kalinya Aturan U-23 Diberlakukan
Pada Olimpiade 1992, peraturan yang ada kembali direvisi dan mewajibkan semua pemain yang bertanding haruslah berusia di bawah 23 tahun. Empat tahun kemudian, peraturan ini menambahkan tiga tempat ke dalam skuad untuk para pemain yang berusia di atas 23 tahun. Aturan ini merupakan aturan terakhir yang di ubah dan tetap di pertahankan hingga saat ini.
Selain itu, Olimpiade 1996 merupakan ajang pertama yang mempertandingkan sepak bola wanita. Namun, aturannya berbeda dengan sepak bola putra di Olimpiade. Sepak bola wanita tidak memiliki batasan usia dan pemain yang sudah pernah bermain di Piala Dunia juga di perbolehkan untuk kembali bermain.
Sejarah Aturan Negara Eropa Tidak Pernah Meraih Medali Emas Sejak Aturan U-23 Ditetapkan
Pada Olimpiade 1992, Spanyol memenangkan medali emas pertamanya di bidang sepak bola. Tapi sayangnya itu adalah medali emas terakhir yang di raih negara Eropa. Adanya aturan terkait U-23 ini menyebabkan munculnya juara-juara baru yang sebelumnya belum pernah menjadi juara dalam olahraga sepak bola, seperti Kamerun dan Nigeria.
Negara-negara Afrika dan Amerika Latin mendominasi kemenangan sejak Olimpiade 1992. Sedangkan Asia dan Eropa bisa dibilang cuma menjadi pelengkap dalam acara tersebut.
Sejarah Aturan Alasan Aturan U-23 Berlaku di Olimpiade
Sebagai induk organisasi sepak bola, FIFA tidak ingin Olimpiade mengganggu Piala Dunia sebagai kompetisi sepak bola paling bergengsi di dunia. Oleh karena itu, FIFA tidak ingin pemain-pemain terbaiknya ikut serta dalam Olimpiade karena dikhawatirkan akan menjadi bayang-bayang pamor Piala Dunia itu sendiri.
Oleh karena itu, peraturan U-23 di buat untuk membatasi Olimpiade tanpa mengurangi ketenaran Piala Dunia FIFA. Dalam sejarahnya, sering terjadi perselisihan antara FIFA dan IOC. Salah satunya adalah campur tangan FIFA pada Olimpiade 1984, ketika FIFA hanya memperbolehkan negara-negara Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika Utara untuk menurunkan tim-tim terbaiknya.
Sedangkan negara Eropa, dan Amerika Selatan hanya bisa menurunkan tim yang pemainnya belum pernah bermain untuk timnas di Piala Dunia. Hal ini membuat IOC harus berkompromi atas keputusan yang di buat FIFA.